# Amanat Menggelar
Upacara Apihoma Pemberkatan Ruyi Kemasyhuran
dan Penyeberangan
Ksitigarbha Bodhisattva #
Kala itu.. Vajra Acharya (V.A) sedang menjalankan tugas di
salah satu kota di Sumatera, membantu umat melihat keadaan tempat usahanya.
Beliau bertugas di kota itu selama 4 hari.
Vajra Acharya menginap di salah satu hotel di kota yang telah
di pesan oleh umat tersebut, tiba cek-in hotel pukul 5 sore, walaupun V.A
memiliki kemampuan untuk merasakan keadaan hotel tersebut apakah nyaman atau
ada roh-roh penunggu, namun V.A selalu berusaha untuk bersikap layaknya umat
awam biasa, dan karena juga hotel tersebut bukan V.A sendiri yang memesan jadi
tidak perlu melihat keadaan hotel karna hotel atau kamar apapun tidak menjadi
masalah. Dan menurut pandangan mata awam hotel itu terlihat besar, bersih dan
rapi, kamarnya juga bagus, dengan kasur besar, ruangan luas, kamar mandi ada
bathtubenya, fasilitas juga lengkap.
Kemudian V.A bermaksud hendak tidur sejenak melepas lelah seusai
perjalanan, karena 2 jam lagi umat yang mengundang akan menjemput untuk makan
malam. V.A setelah mandi segera naik ke kasur mencoba untuk tidur, tapi mata
tak bisa dipejamkan dan terasa hawa kurang nyaman membuatnya terjaga, lalu ada
yang menggelitik telapak kakinya. Merasakan itu V.A coba merubah posisi
kakinya, namun kaki sebelahnya lagi tergelitik. V.A tetap memejamkan mata dan
tak menghiraukannya. Lalu kemudian tangan yang digelitik. V.A merasa benar-benar
ada roh di ruang kamar hotelnya. Lalu Beliau berkata: "Roh siapapun yang
ada disini, jangan
ganggu saya karena saya mau tidur sebentar. Saya tidak menganggu kalian, jadi kalian juga jangan menganggu saya. Terima kasih."
ganggu saya karena saya mau tidur sebentar. Saya tidak menganggu kalian, jadi kalian juga jangan menganggu saya. Terima kasih."
Anehnya setelah Vajra Acharya berkata demikian roh-roh yang
menggelitik kaki dan tangannya itu langsung pergi, dan hawa kurang nyaman yang
dirasakan juga menghilang bersamaan, sehingga V.A baru bisa tidur pulas selama
1 jam. Sepertinya roh-roh tersebut tidak bermaksud jahat pikirnya. Tapi untuk
mengantisipasi sadhana dan meditasi di kamar tersebut agar tidak terganggu, V.A
menempelkan juga HU perlindungan roh negatif di daerah pintu masuk, kamar mandi
dan area tempat tidur.
Jam 7 malam saat umat tersebut menjemput untuk makan, umat
tersebut bertanya pada Vajra Acharya, "Guru ... bagaimana tidurnya? apakah
bisa tidur dengan baik?"
Vajra Acharya menjawab: "Agak sedikit terganggu, karena
ada roh-roh yang sedikit iseng. Tapi tidak apa, akhirnya bisa tidur koq".
"Maaf ya Guru... kalau kami sudah memilih hotel yang
kurang nyaman." katanya.
"Tidak apa-apa, masih bisa di antisipasi. Saya sudah
memasang Hu perlindungan di kamar tersebut agar lebih nyaman untuk sadhana dan
meditasi."
Setelah selesai makan malam, Vajra Acharya di antar kembali
ke hotel tempat menginap. Saat hendak tidur malam, walaupun tidak merasa roh-roh
datang menganggu, tapi suasana kamar tetap terasa kurang nyaman. Seakan banyak
mata melihat aktifitas V.A di dalam kamar. Setelah melakukan perlindungan diri,
V.A mencoba untuk tidur walau suasana demikian, sampai akhirnya beliau bisa
tertidur juga.
Tapi saat dalam keadaan tidur pulas itu beliau seperti merasa
terjaga... seperti setengah tidur. Bisa merasakan keadaan luar, mata terpejam namun
seperti bermimpi. Beliau melihat banyak roh menarik kaki, badan dan tangannya,
sampai-sampai ingin berteriak tapi suara tidak bisa keluar. Akan tetapi roh-roh
yang menarik tersebut kelihatannya bukan untuk mencelakakan namun seperti
meraung-raung meminta tolong dengan ekspresi wajah yang sedih dan menderita.
Vajra Acharya akhirnya terpikir untuk menyebut nama Buddha, lalu dalam mimpi
tersebut V.A mengucapkan "Amithofo... Amithofo" beberapa kali, dan
roh-roh tersebut melepaskan tangan mereka dari tubuh Vajra Acharya dan tubuh
Vajra Acharya terbungkus cahaya putih terang benderang, sehingga Vajra Acharya
tidak merasakan lagi yang ada diluar tubuhnya, tanpa terbangun dari tidur
beliau bisa menguasai mimpinya dan tertidur nyaman sampai pagi harinya.
Dalam hati Vajra Acharya... roh-roh tersebut pastilah
menderita terlalu lama dan lokasi hotel itu sepertinya didirikan di atas
kuburan mereka.
Esok paginya... umat yang mengundang datang menjemput untuk
ke tempat usahanya. Dan di sana V.A bertemu dengan orangtua umat tersebut.
Orangtuanya pun bertanya pada Vajra Acharya. "Guru... bagaimana tidurnya
semalam... nyaman?"
"Nyaman saja. Tapi banyak roh di tempat itu yang meminta
tolong. Sepertinya tanah hotel itu kurang bersih" V.A menjawab.
"Guru... tanah itu sebelumnya adalah taman pemakaman
umum/kuburan yang digusur dan di jadikan hotel. Ada sebagian keluarganya
memindahkan tulang-tulang penghuni kubur itu... tapi banyak juga yang tidak
diangkat jadi langsung diuruk dan ditimbun saja." Kata orangtua umat
tersebut.
"Pantas saja. Saya sudah mengetahuinya dari awal"
V.A menghela nafas. Memang di kota ini banyak sekali tanah kuburan umum, sedang
kota ini terus melakukan pembangunan gedung-gedung besar, jadi pastinya akan
banyak gedung-gedung yang dihuni juga oleh roh-roh penunggu, roh-roh yang
sampai saat ini belum terseberangkan dan masih menderita di Alam Bardo, karena
saat menjelang kematian tiada Buddha atau Juru Selamat yang menjemput roh
mereka... Mungkin karena perbuatan salah mereka semasa hidup dan mereka tidak
menjalani ibadahnya dengan baik alias punya agama hanya tertera dalam ktp saja.
Setelah Vajra Acharya selesai bertugas di kota tersebut, V.A
meluangkan waktu tersisa untuk mengunjungi vihara-vihara di kota itu dan diluar
kota itu. Vajra Acharya pergi ke sebuah Vihara di atas bukit. Perjalanan ke
sana sekitar 3-4 jam, V.A pergi bersama keluarga Tangcu. Di desa tersebut
mereka menginap di komplek villa 1 malam, berangkat dari kota jam 9 malam
sampai di villa jam 00.30 dini hari. Esok paginya baru pergi ke Vihara yang
dituju, berkeliling di Altar Buddha Sakyamuni lalu bermeditasi, muncul Karmapa
ke 9 membimbing yoga.
Perjalanan pulang ke kota malam hari, diiringi hujan deras,
guntur, angin dan petir, sampai-sampai perjalanan turun dari puncak agak sulit.
Ternyata reaksi alam ini karena roh-roh di daerah itu tidak ingin Vajra Acharya
pergi, Vajra Acharya yang saat itu menyatu dengan Vajrakilaya berkomunikasi
dengan para roh tersebut. Mereka menginginkan Vajra Acharya membantu
Menyeberangkan mereka, karena mereka telah lama menderita di Alam Bardo. Saat
Vajra Acharya bertanya pada mereka dari mana mereka tahu tentang dirinya, roh-roh
tersebut berkata kalau mereka mendapatkan informasi dari roh-roh yang menghuni
gedung hotel tempat V.A menginap. Mereka tidak bermaksud jahat, hanya berharap
bisa ditolong. Vajra Acharya mengatakan kepada para roh itu, jika berjodoh
datang ke kota ini lagi, maka V.A akan mempersiapkan Ritual Penyeberangan untuk
mereka. Setelah V.A berkata demikian hujan, angin, guntur dan petir mereda.
Sehingga perjalanan kembali turun ke kota berjalan lancar. Esok harinya V.A
sudah kembali lagi ke Jakarta.
Beberapa hari setelah di Jakarta, Vajra Acharya sempat
berpikir tidak ingin ke kota itu lagi, tapi terpikir juga janji menolong roh-roh
disana. Saat itu V.A bersama Tangcu dengan mengendarai motor hendak mencari
makanan, V.A membicarakan hal ini pada Tangcu, berniat untuk mengurungkan
niatnya kembali ke kota itu.
Ketika Vajra Acharya sedang membahas hal ini dengan Tangcu,
V.A merasakan perubahan aura tubuh yang sangat kuat, V.A merasa harus duduk
bermeditasi. Akhirnya V.A masuk ke sebuah rumah makan yang ada saja, langsung
duduk dan berkonsentrasi meditasi.
Vajra Acharya merasakan roh dalam dirinya melesat keluar dari
tubuh melalui Cakra Mahkotanya, melesat naik ke langit. V.A sampai di sebuah
Alam Surga bagian Selatan tempat Ksitigarbha Bodhisattva tinggal. Hal ini V.A
ketahui dari Ksitigarbha Bodhisttva sendiri yang ia temui di kediamanNya.
Ksitigarbha: "Desi... kau sudah datang."
V.A: "Ya. Terimalah sembah sujud dan hormat hamba
Ksitigarbha Bodhisattva. Mengapa saya pergi ke tempatmu ini? Apakah ada yang
hendak Bodhisattva sampaikan?"
Ksitigarbha: "Desi... Aku tahu apa yang sedang kau dan
suamimu bicarakan. Aku beritahukan padamu agar kau mau membantu menyeberangkan
roh-roh di kota itu, kau telah berjanji pada mereka."
V.A: "Tapi Bodhisattva... tugas hamba banyak sekali,
sampai-sampai hamba sulit untuk bernafas, hamba tidak punya privasi dan
kebebasan lagi dalam menjalani hidup ini, memenuhi keinginan manusia tidak ada
habis-habisnya, hamba bahkan kesulitan waktu untuk melatih diri, menulis buku,
bahkan sulit membagi waktu bagi keluarga, apalagi kegiatan VSP sudah semakin
banyak."
Ksitigarbha: "Desi... menolong roh sangat penting,
karena mereka tidak bisa menolong diri mereka sendiri lagi. Tidak ada keluarga
yang melimpahkan jasa pada mereka sehingga mereka tidak bisa terseberangkan dan
terlahir ke Alam yang lebih baik."
V.A terdiam. "Mari... ikutlah denganKu."
Ksitigarbha Bodhisattva mengajak V.A ke ruang belakang singgasanaNya. Terlihat
suatu ruang yang sangat luas. Di dalamnya terlihat banyak papan-papan nama
seperti papan nama leluhur jika pergi ke rumah abu di bumi.
"Desi... kau tahu ruang apa ini?" tanya Ksitigarbha
Bodhisattva.
"Tidak tahu. Tapi papan-papan itu sama dengan yang di rumah-rumah
abu." jawab V.A.
"Ya. Itu semua adalah papan nama para reluhur dan roh
yang terseberangkan dan terbebas, baik dari Alam Bardo dan Neraka. Mereka semua
dalam perlindunganKu. "Kemarilah..." Ksitigarbha Bodhisattva berjalan
maju ke sebuah meja didepan deretan papan nama itu. V.A mengikuti di
belakangNya.
"Desi... lihatlah. Ini apa?"
Terlihat sebuah bola kaca berwarna hitam yang terdapat aura
didalamnya. V.A terdiam dan berpikir sepertinya benda itu tidak asing.
Ksitigarbha Bodhisattva sepertinya mengerti kalau V.A sedang berpikir, lalu
beliau meneruskan ucapanNya.
"Ini Mustika kekuatan milikKu, Mustika ini memberi
kekuatan dan perlindungan seluruh roh leluhur yang ada disini, kemarilah... ada
satu benda lagi yang hendak Kuperlihatkan padamu." Ksitigarbha Bodhisattva
berjalan ke samping meja tersebut menuju ke sebuah meja lagi yang ada di
sebelahnya.
"Desi... lihatlah. Ini apa?". V.A tahu benda apa
itu, papan gelar dewa atau dikenal dengan nama Ruyi. "Itu Ruyi, Bodhisattva."
jawab V.A.
"Ya... ini adalah Ruyi milikKu. Mengapa Ruyi ada disini?
karena Ruyi ini bermanfaat untuk para roh leluhur dan anak cucu mereka yang ada
di dunia." Ksitigarbha Bodhisattva berkata.
"Bermanfaat untuk apa?" Tanya V.A.
"Memberikan kebaikan bagi leluhur dan keluarga yang
masih hidup. Berdasarkan Benda Pusaka ini Aku hendak mengamanatkan padamu...
tidak lama lagi hari Ulambana akan tiba, VSP hendaknya menyelenggarakan Apihoma
yang berhubungan dengan Ruyi ini. Berilah nama Upacara Pemberkatan Ruyi
Kemasyuran dan Penyeberangan Ksitigarbha. Manfaat upacara: Membalas-budi jasa
orang tua, Menyeberangkan roh di Alam Bardo, Mendapatkan remisi hukuman roh di
alam Neraka, Mengkikis karma, dan manfaat Ruyi Kemasyuran adalah: Menaikkan
tingkatan roh leluhur dan orangtua, Menaikkan jabatan dan kesempatan promosi,
Membuat nama harum dan terkenal, Meningkatkan pendidikan dan prestasi anak,
Menjadikan anak berbakti, Memberi pengaruh besar dalam segala bidang."
"Baiklah. Hamba akan menjalankan Amanat ini. Terima
kasih atas bimbinganNya."
"Desi... 1 pesanKu padamu. Menolong roh itu paling
penting dibandingkan menolong insan melepaskan masalah duniawinya. Jika kau
tidak sedang menolong roh-roh, utamakan menolong insan, jika kau tidak sedang
menolong insan, utamakan kegiatan VSP, jika kau tidak sedang melakukan kegiatan
VSP, utamakanlah pelatihan diri dan meditasi. Jika kau tidak sedang melatih
diri dan meditasi maka berkumpullah dengan keluarga."
"Hamba mengerti Bodhisattva, terima kasih atas
bimbinganMu... hamba mohon diri." Vajra Acharya keluar dari kediaman
Ksitigarbha Bodhisattva dan turun kembali ke bumi dan ke dalam tubuh. Sensasi
tubuh saat roh turun adalah seperti tersedot turun, rasanya seperti turun
dengan lift yang agak cepat.
Demikian perjalanan astral Vajra Acharya dalam menerima
Amanat dari Ksitigarbha Bodhisattva. Ini menandakan Amanat menggelar Upacara
Apihoma Pemberkatan Ruyi Kemashyuran dan Penyeberangan Ksitigarbha Bodhisatva
sangat penting, karena di transmisikan langsung oleh Ksitigarbha Bodhisattva,
Beliau sendiri yang menunjukkan bukti nyata bahwa setiap AmanatNya bermanfaat
besar bagi kita, roh leluhur dan orangtua dan roh-roh menderita lainnya.
Sehingga semua bisa mendapatkan kebahagiaan.
"Om. Ha Ha Ha. Wei San Mo Ye Soha."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar