Kamis, 14 Agustus 2014

Amanat Menggelar Upacara Apihoma Pemberkatan Ruyi Kemasyhuran dan Penyeberangan Ksitigarbha Bodhisattva

# Amanat Menggelar Upacara Apihoma Pemberkatan Ruyi Kemasyhuran
dan Penyeberangan Ksitigarbha Bodhisattva #

Kala itu.. Vajra Acharya (V.A) sedang menjalankan tugas di salah satu kota di Sumatera, membantu umat melihat keadaan tempat usahanya. Beliau bertugas di kota itu selama 4 hari.

Vajra Acharya menginap di salah satu hotel di kota yang telah di pesan oleh umat tersebut, tiba cek-in hotel pukul 5 sore, walaupun V.A memiliki kemampuan untuk merasakan keadaan hotel tersebut apakah nyaman atau ada roh-roh penunggu, namun V.A selalu berusaha untuk bersikap layaknya umat awam biasa, dan karena juga hotel tersebut bukan V.A sendiri yang memesan jadi tidak perlu melihat keadaan hotel karna hotel atau kamar apapun tidak menjadi masalah. Dan menurut pandangan mata awam hotel itu terlihat besar, bersih dan rapi, kamarnya juga bagus, dengan kasur besar, ruangan luas, kamar mandi ada bathtubenya, fasilitas juga lengkap.

Kemudian V.A bermaksud hendak tidur sejenak melepas lelah seusai perjalanan, karena 2 jam lagi umat yang mengundang akan menjemput untuk makan malam. V.A setelah mandi segera naik ke kasur mencoba untuk tidur, tapi mata tak bisa dipejamkan dan terasa hawa kurang nyaman membuatnya terjaga, lalu ada yang menggelitik telapak kakinya. Merasakan itu V.A coba merubah posisi kakinya, namun kaki sebelahnya lagi tergelitik. V.A tetap memejamkan mata dan tak menghiraukannya. Lalu kemudian tangan yang digelitik. V.A merasa benar-benar ada roh di ruang kamar hotelnya. Lalu Beliau berkata: "Roh siapapun yang ada disini, jangan
ganggu saya karena saya mau tidur sebentar. Saya tidak menganggu kalian, jadi kalian juga jangan menganggu saya. Terima kasih."

Anehnya setelah Vajra Acharya berkata demikian roh-roh yang menggelitik kaki dan tangannya itu langsung pergi, dan hawa kurang nyaman yang dirasakan juga menghilang bersamaan, sehingga V.A baru bisa tidur pulas selama 1 jam. Sepertinya roh-roh tersebut tidak bermaksud jahat pikirnya. Tapi untuk mengantisipasi sadhana dan meditasi di kamar tersebut agar tidak terganggu, V.A menempelkan juga HU perlindungan roh negatif di daerah pintu masuk, kamar mandi dan area tempat tidur.

Jam 7 malam saat umat tersebut menjemput untuk makan, umat tersebut bertanya pada Vajra Acharya, "Guru ... bagaimana tidurnya? apakah bisa tidur dengan baik?"
Vajra Acharya menjawab: "Agak sedikit terganggu, karena ada roh-roh yang sedikit iseng. Tapi tidak apa, akhirnya bisa tidur koq".
"Maaf ya Guru... kalau kami sudah memilih hotel yang kurang nyaman." katanya.
"Tidak apa-apa, masih bisa di antisipasi. Saya sudah memasang Hu perlindungan di kamar tersebut agar lebih nyaman untuk sadhana dan meditasi."

Setelah selesai makan malam, Vajra Acharya di antar kembali ke hotel tempat menginap. Saat hendak tidur malam, walaupun tidak merasa roh-roh datang menganggu, tapi suasana kamar tetap terasa kurang nyaman. Seakan banyak mata melihat aktifitas V.A di dalam kamar. Setelah melakukan perlindungan diri, V.A mencoba untuk tidur walau suasana demikian, sampai akhirnya beliau bisa tertidur juga.

Tapi saat dalam keadaan tidur pulas itu beliau seperti merasa terjaga... seperti setengah tidur. Bisa merasakan keadaan luar, mata terpejam namun seperti bermimpi. Beliau melihat banyak roh menarik kaki, badan dan tangannya, sampai-sampai ingin berteriak tapi suara tidak bisa keluar. Akan tetapi roh-roh yang menarik tersebut kelihatannya bukan untuk mencelakakan namun seperti meraung-raung meminta tolong dengan ekspresi wajah yang sedih dan menderita. Vajra Acharya akhirnya terpikir untuk menyebut nama Buddha, lalu dalam mimpi tersebut V.A mengucapkan "Amithofo... Amithofo" beberapa kali, dan roh-roh tersebut melepaskan tangan mereka dari tubuh Vajra Acharya dan tubuh Vajra Acharya terbungkus cahaya putih terang benderang, sehingga Vajra Acharya tidak merasakan lagi yang ada diluar tubuhnya, tanpa terbangun dari tidur beliau bisa menguasai mimpinya dan tertidur nyaman sampai pagi harinya.
Dalam hati Vajra Acharya... roh-roh tersebut pastilah menderita terlalu lama dan lokasi hotel itu sepertinya didirikan di atas kuburan mereka.

Esok paginya... umat yang mengundang datang menjemput untuk ke tempat usahanya. Dan di sana V.A bertemu dengan orangtua umat tersebut. Orangtuanya pun bertanya pada Vajra Acharya. "Guru... bagaimana tidurnya semalam... nyaman?"
"Nyaman saja. Tapi banyak roh di tempat itu yang meminta tolong. Sepertinya tanah hotel itu kurang bersih" V.A menjawab.
"Guru... tanah itu sebelumnya adalah taman pemakaman umum/kuburan yang digusur dan di jadikan hotel. Ada sebagian keluarganya memindahkan tulang-tulang penghuni kubur itu... tapi banyak juga yang tidak diangkat jadi langsung diuruk dan ditimbun saja." Kata orangtua umat tersebut.
"Pantas saja. Saya sudah mengetahuinya dari awal" V.A menghela nafas. Memang di kota ini banyak sekali tanah kuburan umum, sedang kota ini terus melakukan pembangunan gedung-gedung besar, jadi pastinya akan banyak gedung-gedung yang dihuni juga oleh roh-roh penunggu, roh-roh yang sampai saat ini belum terseberangkan dan masih menderita di Alam Bardo, karena saat menjelang kematian tiada Buddha atau Juru Selamat yang menjemput roh mereka... Mungkin karena perbuatan salah mereka semasa hidup dan mereka tidak menjalani ibadahnya dengan baik alias punya agama hanya tertera dalam ktp saja.

Setelah Vajra Acharya selesai bertugas di kota tersebut, V.A meluangkan waktu tersisa untuk mengunjungi vihara-vihara di kota itu dan diluar kota itu. Vajra Acharya pergi ke sebuah Vihara di atas bukit. Perjalanan ke sana sekitar 3-4 jam, V.A pergi bersama keluarga Tangcu. Di desa tersebut mereka menginap di komplek villa 1 malam, berangkat dari kota jam 9 malam sampai di villa jam 00.30 dini hari. Esok paginya baru pergi ke Vihara yang dituju, berkeliling di Altar Buddha Sakyamuni lalu bermeditasi, muncul Karmapa ke 9 membimbing yoga.

Perjalanan pulang ke kota malam hari, diiringi hujan deras, guntur, angin dan petir, sampai-sampai perjalanan turun dari puncak agak sulit. Ternyata reaksi alam ini karena roh-roh di daerah itu tidak ingin Vajra Acharya pergi, Vajra Acharya yang saat itu menyatu dengan Vajrakilaya berkomunikasi dengan para roh tersebut. Mereka menginginkan Vajra Acharya membantu Menyeberangkan mereka, karena mereka telah lama menderita di Alam Bardo. Saat Vajra Acharya bertanya pada mereka dari mana mereka tahu tentang dirinya, roh-roh tersebut berkata kalau mereka mendapatkan informasi dari roh-roh yang menghuni gedung hotel tempat V.A menginap. Mereka tidak bermaksud jahat, hanya berharap bisa ditolong. Vajra Acharya mengatakan kepada para roh itu, jika berjodoh datang ke kota ini lagi, maka V.A akan mempersiapkan Ritual Penyeberangan untuk mereka. Setelah V.A berkata demikian hujan, angin, guntur dan petir mereda. Sehingga perjalanan kembali turun ke kota berjalan lancar. Esok harinya V.A sudah kembali lagi ke Jakarta.

Beberapa hari setelah di Jakarta, Vajra Acharya sempat berpikir tidak ingin ke kota itu lagi, tapi terpikir juga janji menolong roh-roh disana. Saat itu V.A bersama Tangcu dengan mengendarai motor hendak mencari makanan, V.A membicarakan hal ini pada Tangcu, berniat untuk mengurungkan niatnya kembali ke kota itu.

Ketika Vajra Acharya sedang membahas hal ini dengan Tangcu, V.A merasakan perubahan aura tubuh yang sangat kuat, V.A merasa harus duduk bermeditasi. Akhirnya V.A masuk ke sebuah rumah makan yang ada saja, langsung duduk dan berkonsentrasi meditasi.

Vajra Acharya merasakan roh dalam dirinya melesat keluar dari tubuh melalui Cakra Mahkotanya, melesat naik ke langit. V.A sampai di sebuah Alam Surga bagian Selatan tempat Ksitigarbha Bodhisattva tinggal. Hal ini V.A ketahui dari Ksitigarbha Bodhisttva sendiri yang ia temui di kediamanNya.

Ksitigarbha: "Desi... kau sudah datang."
V.A: "Ya. Terimalah sembah sujud dan hormat hamba Ksitigarbha Bodhisattva. Mengapa saya pergi ke tempatmu ini? Apakah ada yang hendak Bodhisattva sampaikan?"
Ksitigarbha: "Desi... Aku tahu apa yang sedang kau dan suamimu bicarakan. Aku beritahukan padamu agar kau mau membantu menyeberangkan roh-roh di kota itu, kau telah berjanji pada mereka."
V.A: "Tapi Bodhisattva... tugas hamba banyak sekali, sampai-sampai hamba sulit untuk bernafas, hamba tidak punya privasi dan kebebasan lagi dalam menjalani hidup ini, memenuhi keinginan manusia tidak ada habis-habisnya, hamba bahkan kesulitan waktu untuk melatih diri, menulis buku, bahkan sulit membagi waktu bagi keluarga, apalagi kegiatan VSP sudah semakin banyak."
Ksitigarbha: "Desi... menolong roh sangat penting, karena mereka tidak bisa menolong diri mereka sendiri lagi. Tidak ada keluarga yang melimpahkan jasa pada mereka sehingga mereka tidak bisa terseberangkan dan terlahir ke Alam yang lebih baik."
V.A terdiam. "Mari... ikutlah denganKu." Ksitigarbha Bodhisattva mengajak V.A ke ruang belakang singgasanaNya. Terlihat suatu ruang yang sangat luas. Di dalamnya terlihat banyak papan-papan nama seperti papan nama leluhur jika pergi ke rumah abu di bumi.
"Desi... kau tahu ruang apa ini?" tanya Ksitigarbha Bodhisattva.
"Tidak tahu. Tapi papan-papan itu sama dengan yang di rumah-rumah abu." jawab V.A.
"Ya. Itu semua adalah papan nama para reluhur dan roh yang terseberangkan dan terbebas, baik dari Alam Bardo dan Neraka. Mereka semua dalam perlindunganKu. "Kemarilah..." Ksitigarbha Bodhisattva berjalan maju ke sebuah meja didepan deretan papan nama itu. V.A mengikuti di belakangNya.
"Desi... lihatlah. Ini apa?"
Terlihat sebuah bola kaca berwarna hitam yang terdapat aura didalamnya. V.A terdiam dan berpikir sepertinya benda itu tidak asing. Ksitigarbha Bodhisattva sepertinya mengerti kalau V.A sedang berpikir, lalu beliau meneruskan ucapanNya.
"Ini Mustika kekuatan milikKu, Mustika ini memberi kekuatan dan perlindungan seluruh roh leluhur yang ada disini, kemarilah... ada satu benda lagi yang hendak Kuperlihatkan padamu." Ksitigarbha Bodhisattva berjalan ke samping meja tersebut menuju ke sebuah meja lagi yang ada di sebelahnya.
"Desi... lihatlah. Ini apa?". V.A tahu benda apa itu, papan gelar dewa atau dikenal dengan nama Ruyi. "Itu Ruyi, Bodhisattva." jawab V.A.
"Ya... ini adalah Ruyi milikKu. Mengapa Ruyi ada disini? karena Ruyi ini bermanfaat untuk para roh leluhur dan anak cucu mereka yang ada di dunia." Ksitigarbha Bodhisattva berkata.
"Bermanfaat untuk apa?" Tanya V.A.
"Memberikan kebaikan bagi leluhur dan keluarga yang masih hidup. Berdasarkan Benda Pusaka ini Aku hendak mengamanatkan padamu... tidak lama lagi hari Ulambana akan tiba, VSP hendaknya menyelenggarakan Apihoma yang berhubungan dengan Ruyi ini. Berilah nama Upacara Pemberkatan Ruyi Kemasyuran dan Penyeberangan Ksitigarbha. Manfaat upacara: Membalas-budi jasa orang tua, Menyeberangkan roh di Alam Bardo, Mendapatkan remisi hukuman roh di alam Neraka, Mengkikis karma, dan manfaat Ruyi Kemasyuran adalah: Menaikkan tingkatan roh leluhur dan orangtua, Menaikkan jabatan dan kesempatan promosi, Membuat nama harum dan terkenal, Meningkatkan pendidikan dan prestasi anak, Menjadikan anak berbakti, Memberi pengaruh besar dalam segala bidang."
"Baiklah. Hamba akan menjalankan Amanat ini. Terima kasih atas bimbinganNya."
"Desi... 1 pesanKu padamu. Menolong roh itu paling penting dibandingkan menolong insan melepaskan masalah duniawinya. Jika kau tidak sedang menolong roh-roh, utamakan menolong insan, jika kau tidak sedang menolong insan, utamakan kegiatan VSP, jika kau tidak sedang melakukan kegiatan VSP, utamakanlah pelatihan diri dan meditasi. Jika kau tidak sedang melatih diri dan meditasi maka berkumpullah dengan keluarga."
"Hamba mengerti Bodhisattva, terima kasih atas bimbinganMu... hamba mohon diri." Vajra Acharya keluar dari kediaman Ksitigarbha Bodhisattva dan turun kembali ke bumi dan ke dalam tubuh. Sensasi tubuh saat roh turun adalah seperti tersedot turun, rasanya seperti turun dengan lift yang agak cepat.

Demikian perjalanan astral Vajra Acharya dalam menerima Amanat dari Ksitigarbha Bodhisattva. Ini menandakan Amanat menggelar Upacara Apihoma Pemberkatan Ruyi Kemashyuran dan Penyeberangan Ksitigarbha Bodhisatva sangat penting, karena di transmisikan langsung oleh Ksitigarbha Bodhisattva, Beliau sendiri yang menunjukkan bukti nyata bahwa setiap AmanatNya bermanfaat besar bagi kita, roh leluhur dan orangtua dan roh-roh menderita lainnya. Sehingga semua bisa mendapatkan kebahagiaan.
"Om. Ha Ha Ha. Wei San Mo Ye Soha."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar